Welcome, Selamat Datang, Ahlan Wa Sahlan

Assalamu'alaikum Wr.Wb.
Terima kasih telah berkunjung ke blog saya, semoga bisa menambah relasi pertemanan dan mengikat tali silaturahmi. Blog ini berisi penuh cerita tentang dunia menulis, kuliner, crafting, islamic, pendidikan dan gardening. Sungguh senang jika anda berkenan meninggalkan jejak dan pesan di blog ini. Selamat membaca, semoga bermanfaat:D.

Senin, 23 April 2012

BANGUN LAGI-JATUH LAGI...! JATUH....! BANGUN LAGI!

Aku jatuh...!
Lalu bangkit...!
Jatuh lagi...!
Bangkit lagi..!
Jatuh...!
Bangkit...!
Jatuh...!
Bangkit...!
Lagi-lagi jatuh...!
Dan bangkit lagi...!
Lagi...!
Lagi...!
Hingga lupa bedanya...
Antara jatuh dan bangkit itu sendiri...!
(catatan di suatu senja)



Saat-saat begini aku tiba-tiba kangen dengan "Mbah Surip". Halah...! Jangan tertawa aku sedang teringat lagunya tapi sedang kugubah kini. "BANGUN LAGI-JATUH LAGI...! JATUH....! BANGUN LAGI!"  Inspirasional ya....! Aku sedang bertanya pada diriku kini bagaimana ya, cara untuk bangun lagi...??? Kok rasanya setelah jatuh, aku merasa sangat terpuruk...!

Hay...hay...! Siapa sedang punya rumus untuk bangkit dari keterpurukan boleh berbagi di sini...! Satu masalahnya adalah tiba-tiba aku 'blank' mau melakukan apa...! Bingung ! Linglung...! Hmmm...mulai kucubit kulitku, rasanya sakit gak ya? Kugigit jariku sakit ternyata. Halah...kok jadi ngelantur begini...! Tapi aku lupa bagaimana membuat bibirku tersenyum beberapa senti ke atas? Jangan-jangan aku lupa rumusnya pula. Oke deh aku coba berkaca, latihan lagi....! hi...hi...Mengapa justru airmata yang berderai????

Hmmm...tilawah-tilawah...! Atau sholat sunnah?...tapi mengapa masih gundah? Apa yang salah??? Wah...mataku masih memerah, tapi semoga bukan darah! Masa sih, sedih begini saja harus nangis darah...??? Sebegitunya hiks...! Hmmm... katanya pada bagian takdir yang tak pernah kita sukai, sejatinya ia tetap menjadi takdir yang telah diciptakan-Nya untuk mendidik kta menjadi semakin baik. Suka atau tidak, terpaksa atau rela adalah pilihan yang menjadi tolok ukur keimanan dan kualitas diri dihadapan Sang Pemilik Kehidupan… Whoy...! Mesti rela nih...! Hu...hu..!

Hmmm....atau aku mencoba menuliskan mimpi saja ya, atau kenangan-kennangan yang indah, tak harus kan semua harus ditulis dengan tinta merah meskipun gundah. Harapku mendung akan berganti cahaya mentari yang cerah. Bukan nasib diri yang selalu merasa payah...! Oh kesah...! Kemana harus kubagi tanpa harus kuangkat galah sebagai sebuah pertanda kalah....!!!!

Hmmm... Harapan itu selalu ada....! Bukankah begitu???
Baiklah aku tulis satu HARAPAN BARU!... Hasil penelitian menyatakan manusia tidak makan mampu bertahan 40 hari. Manusia tak minum mampu bertahan 7 hari. Manusia tak bernafas hanya bisa bertahan maksimal 7 menit deh....! Dan kabarnya bila kita tak punya harapan? hanya bertahan 7 detik!!!  Kata temanku aku harus segera ambil pistol... Berdoa dimulai...Bismillahirrahmanirrahim...! Dan mulai menarik pelatuk... DOORR!! Awas kamu kena...!!! Hore kamu Jatuh....!!!!

Hiks...! Kamu jatuh ya??? Sakit ya...??? Maaf ya bukan maksud hati ingin menyakitimu. Iya nih pistol mainanku belum ikut disita Pak Polisi. Para pedagang masih banyak yang menjajakannya. Padahal sudah banyak korban. Enaknya aku bikin senapan dari pelepah pisang aja ya...! Nanti boleh kita main bersama lagi. Oh ya aku dapat cerita dari Negeri Seribu Asa bahwa kita tak perlu menangisi TAKDIR, Allah yang menciptakan kita. Suka-suka Allah mau diapakan kita ini. Apapun yang terjadi, itulah yang terbaik untuk kita. Dan suka-suka kita untuk tetap merasa bahagia. Hidup itu pilihan, sedih senang itu irama, semua tergantung pada hati kita. Rosevelt pernah berkata bahwa "tidak ada seorang pun yang bisa menyakiti diriku tanpa aku mengizinkannya". Ketika hal yang tidak kita inginkan menyapa, aku yakin mampu melalui semuanya. Semangat ah.... Insya Allah, Dia akan beri hadiah yang lebih indah setelah ini. Tralal-trilili....! moga aku bisa kuat dengan cobaan Ilahi...!

Allahumma 'A-id Ma Iinsharafa 'anni In Kaana Khairan Lii Diinii Wa Dunya Ya Wa Aakhiratii. Ya Allah kembalikan apa yang berpaling dari ku jika baik bagi agamaku, duniaku dan akhiratku

Salah satu cara untuk segera bangkit dari keterpurukan kata sebuah komik yang kubaca adalah dengan tetap menjalani aktivitas seperti sedia kala. Tak perlu bermain-main dengan kura-kura untuk belajar menjadi bahagia. Cukup kantongi sejuta bahagia di kantong jiwa. Hujan masih deras mengguyur, berteman halilintar juga petir yang menyambar coba kuramu resep asa dalam kalbu. Kugoreng telur berbumbu kecap yang menjadi teman duka. Hoy...hoy nasi goreng dengan cabai satu juga sempat tercipta. Kamu mau mencicipinya??? Bukan karena cabai sedang mahal...! Aku tak mau berkompromi dengan asam lambung yang biasanya menemaniku dalam kesedihan.  Huh...dia sahabat yang amat setia dalam duka. padahal aku sudah tak mau berteman dengannya.

Awalnya kubangun istana dari pasir. Juga Puri indah di atas bukit karang. Benteng megah berhiaskan permata-permata dari kerang. Andai ombak tak menyapunya aku akan tetap damai disini. Ombak menerjangnya hingga hancurlah semua....! Aku menangis dan Ya Allah ajari aku tak berburuk sangka pada gelombang yang ikut meluluh lantakkan semua!!!! Ajari aku untuk tetap tersenyum dan ber-khusnudzon terhadap cinta yang kau wujudkan dalam sapaanmu kali ini....!

Kata orang kala sedih begini, seringnya seseorang pengen mati... Halah!!! Benarkah bunuh diri indah untuk mengakhiri segalanya?? Jika kita mati hari ini, apa yang orang akan ingat tentang kita? Kebaikan? Atau keburukan? Seperti hari ketika seorang pahlawan pergi? Atau seperti seorang penjahat mati? Siapakah yang menangis? Siapakah yang tertawa? Akan seperti apakah kita dikenang? Akan seperti apa dunia setelah kita tiada? Oleh karenanya aku tak mau ambil langkah ini. Semua yang tersisa hanyalah tanda kualitas hidup kita.... So mesti masih penuh luka, aku bersyukur Allah masih karuniakan nafas untukku memperbaiki hidup ini... Mengais bekal yang bisa kubawa ke kampung akhirat nanti....! Kalau mau ikut ya jangan akhiri hidupmu dulu ya...!!!!

Aku yakin bahwa waktu yang akan mengobati lukaku  maka aku belajar optimis....! Optimis bukan pesimis apalagi mengemis dengan tangis...! Hidup bukankah tetap melaju dengan dan tanpa aku. So...mengapa masih terpaku dalam pilu. Berusaha tetap hiasi wajah dengan senyum meringis dan yakin akan berakhir manis.

Tapi kayaknya lebih asyik bermain dengan kata-kata. Tak perlu kutaruh sejuta paku yang akan membuat aku tergugu. Biarpun hujan tetap mampir. Ingin kutitipkan sebait do'a pada rintiknya. Semoga Allah tetap beri yang terbaik untuk semesta!

Innalillahi Wa Innailaihi Rooji'un. Allahumma Ajjirni Fi Inshiraafihi Wakhlufni Khairan Minhu. Ya Allah beri aku nilai berharga dari kepergiannya(berpalingnya) dan gantilah dengan yang lebih baik darinya...

Ponggok, 27 September 2010.
Kutulis kisah ini dalam derai air mata....:D, gak nyangka baca lagi aku bisa tertawa. :D

Sabtu, 21 April 2012

R.A Kartini

Andai jaman dahulu berjilbab tak dianggap aneh dan tidak dilarang, tentulah peringatan hari Kartini tak perlu memakai konde. Bunda R.A. Kartini cantik pakai jilbab:D

Jumat, 20 April 2012

PERANGKO OH PERANGKO....!!!!


Di jamam kemajuan teknologi saat ini, peran dari jasa yang diberikan Pos Indonesia mulai digeser oleh beberapa instansi pengiriman barang dan dokumen yang lain, selain juga tergeser oleh peran alat telekomunikasi modern seperti telepon dan internet. Namun sebagai salah satu BUMN dan juga akses Pos Indonesia yang telah menyebar ke seluruh Nusantara, sangat dimungkinkan bahwa peran BUMN ini akan tetap eksis meskipun mengalami penurunan pelanggan.

Satu ciri khas dari produk dan jasa Pos indonesia yang tidak disamai oleh jasa ekspedisi yang lain yaitu adanya perangko sebagai bukti pembayaran pengiriman. Sejak saya mulai melek huruf, bisa membaca dan menulis, di usia SD,  saya mempunyai hobi berkorespondensi, mulai dari para karib kerabat hingga sahabat pena di dalam dan luar negeri. Selain hobi berkorespondensi saya memiliki hobi filateli, yaitu mengumpulkan perangko-perangko bekas. Hingga sekarang saya kadang masih suka mengumpulkan jika melihat perangko yang menarik dan menggelitik.

Seminggu sebelum Hari Raya Idul Fitri 1431H (September 2010)  saya mengirimkan sebuah berkas ke seorang teman di Jawa Barat dengan kiriman pos biasa, artinya saya hanya memanfaatkan perangko sebagai alat pembayaran pengiriman. Dengan Bismillah dan pikiran positif, saya percaya pada pihak Pos Indonesia Persero untuk mengirimkan berkas saya tersebut, Saya pun percaya Insya Allah berkas saya bakal selamat sampai tempat yang dituju. Sengaja saya hanya mengirimkan dengan tarif biasa karena, berkas itu tak terlalu mendesak untuk segera diterima oleh rekan saya. Lagi pula ada perangko yang memang sedang bisa dimanfaatkan.

Sengaja saya masih setia dengan Pos Indonesia, karena rumah saya di desa dan lebih mudah menjangkau Kantor Pos daripada TIKI, JNE, LTH atau yang lainnya, karena semua hanya ada di pusat kota. Selain itu juga karena sejak jaman baheula kami sekeluarga adalah pelanggan yang dikirimi dan mengirimi paket atau surat dengan rutin yang selalu dilewatkan pada Pos Indonesia. Bayangkan saja bapak saya sejak tahun 1972 sudah jadi agen majalah hingga hari ini, tentulah Pak Pos beberapa hari di tiap Minggunya selalu mampir ke rumah saya. Saya saja sampai hafal bunyi kendaraan kala Pak Pos datang juga dia kira-kira datang pukul berapa? :D

Menunggu seminggu, dua minggu tak juga ada kabar berita, saya kontak teman saya, 'belum ada surat dari saya yang terkirim padanya'. Saya dan teman saya masih berusaha bersabar, berharap kiriman tersebut masih nyasar, tapi ternyata hingga dalam hitungan bulan tidak ada kabar tentang surat yang saya kirim. Baik saya sebagai pengirim sudah komplain ke kantor pos tempat saya mengirim surat, pun juga teman saya sudah komplain ke kantor pos di tempat dia tinggal yang tercantum kode pos tempat tujuan surat yang saya kirim. Tapi jawaban dari pihak kantor pos tidak memuaskan.

Seandainya surat itu tidak sampai pada yang tertuju di amplop surat, mungkin yang dikirimi tidak dikenal atau alamat tidak jelas, harusnya surat itu kembali pada saya sang pengirim. Tapi hingga detik saya menulis catatan ini, surat saya tak kembali. Sebagai pihak yang dituju surat teman saya kompalin ke kantor pos terdekat dan dijawab mungkin kesalahan kantor pos tempat saya mengirim surat. Sedangkan pihak kantor pos tempat saya mengirim surat meminta supaya mengecek kantor pos yang dituju.

Pusiiiiiiiiiing khan.....????



Yang lebih menyebalkan, dua kantor pos itu menyalahkan, mengapa saya mengirim berkas dengan perangko? Kabarnya pihak kantor pos hanya bisa dituntut jika kita mengirimkan dengan  surat tercatat- atau surat yang dikirim dengan bukti resi pengiriman. Huh...! Kalau memang perangko tidak menjamin barang yang kita kirim bakal selamat 'mbok yao' / sebaiknya jangan ada lagi deh perangko. Bilang aja sekarang semua pengiriman harus dengan surat resi-tanda pengiriman.

Oke temans...! Ada yang bisa berbagi pengalaman?

DO'A DAN FITNAH

DO'A dan FITNAH

Apa yang aku diskusikan dengan almarhum  bundaku 20 tahun silam?
Kuingat senja itu aku duduk di beranda bersama bunda, berteman candikala yang mewarnai mega dengan warna jingga. Ah...kadang aku berduka melihat senja. Ketika senja selalu diibaratkan tua dan jiwa telah mulai renta.

Aku sedang bertanya, apakah mungkin kita bisa melampaui usia di tahun 2000? Aku begitu takut dengan bayangan tahun 2000 adalah hari kiamat datang. Dan aku begitu ketakutan akan sebuah kehancuran di muka bumi ini. Selalu kuingat kata-kata hiburan guru mengajiku, supaya aku bisa menyeimbangkan antara khouf ( takut) dan roja' (harap), bahwa jika adzan berkumandang maka kiamat akan tertunda 40 tahun kemudian. Maka mulai saat itu aku selalu dengan khusyuk mendengarkan adzan dan menjawab seruannya. Ketika teman-temanku berkeliaran - berlarian di serambi masjid aku dengan khusyuk menjawab seruan-seruan adzan.

Ah...berarti ketika usiaku 30 tahun nanti, belum datang kiamat, karena adzan masih berkumandang gumamku suatu ketika. Oh ya...di usia 30 tahun aku nanti bagaimana ya? tanyaku pada diri suatu ketika.

Saat itu cita-citaku juga harapan kedua orang tuaku, bahwa aku ketika dewasa akan menjadi seorang dokter. Saat itu cita-cita menjadi dokter bukanlah sebuah cita-cita yang mustahil akan kuraih menurut bayanganku saat itu, juga menurut prediksi orang tuaku. Jajaran prestasi keemasan di masa SD, bahkan aku pernah menyabet prestasi sebagai siswa teladan, juga begitu bonafidnya profesi dokter saat itu menjadikan cita-cita itu begitu tertanam dalam di benak.Jadi di usia 30 tahun saat itu dalam bayanganku, aku adalah seorang dokter yang tengah membantu para pasien.

Oh ya, aku sempat menghitung usia ibuku saat melahirkan aku adalah di usia 30 tahun. Sebagai anak bungsu dari 4 bersaudara, aku sempat mendapat doktrin ketika aku sempat meminta adik, bahwa usia ibu ketika melahirkan aku sudah terlampau tua. 30 tahun adalah usia kritis untuk melahirkan. Saat itu aku berujar pada diriku sendiri, di usia itu nanti harusnya aku telah memiliki anak-anak yang lucu dan menggemaskan. Yang tiap harinya mengumandangkan ayat-ayat suci meramaikan rumah damai yang akan aku bangun dengan suamiku.

Hiks..., jangan tertawa ya, memang dalam usia 10 tahun aku memang mulai berplanning terhadap hidupku.

Aku juga bercita-cita memiliki sebuah rumah kecil yang cantik, disana akan kutata buku-buku koleksiku, juga tanaman- tanaman hiasku. Tak lupa aku akan membuat kebun buah dan sayuran. Mimpiku punya nursery sudah kumiliki sejak kecil. Berpuluh-puluh majalah pertanian seperti TRUBUS, Agrobis dan lain sebagainya adalah menu yang sering kulahap. bahkan di usia 10 tahun mayoritas tanaman yang ada di rumahku, akulah penanamnya. Seorang tetanggaku bahkan berujar tanganku 'dingin'. Hampir segala bibit tanaman yang kutanam biasanya hidup. saking tenanrnya kadang tetanggaku menitipkan tanaman untuk ditangkar:).

Ya, di usia 30 tahun itu bayanganku aku telah menjadi Dr. Sari dan memiliki sebuah nursery.
~~~~
Sungguh di usia 30 tahun dalam bayanganku 20 tahun lalu ternyata banyak yang tidak sama dengan kenyataanku hari ini.

Tidak ada dokter bernama Gesang Sari Mawarni. Adanya adalah bu guru Sari:). Tapi harusnya aku menoleh ke masa kecil, bukankah di kelas 5 SD aku telah diangkat menjadi guru juga:). kadang aku diminta guru mengajiku membantu mengajar teman-temanku belajar baca Al Qur'an, bahkan juga diminta membantu belajar anak-anak tetanggaku juga teman-temanku sebaya.. Jadi pencapaiannku menjadi seorang guru bukanlah sebuah kegagalan. Betapa banyak rekan-rekanku yang masih pontang-panting memikirkan peluang kerja, dan aku telah mengantonginya:).

Oh ya di usia 30 tahun ternyata aku belum memiliki anak-anak yang lucu. Di usia 30 tahun bahkan aku belum menikah.
tapi aku bersyukur ketika beberapa temanku berujar dia tengah gagal dalam membangun rumah tangga, dan bahkan aku belum memulainya. Minimal dengan pengalaman temanku, aku bisa mengambil pelajarannya

Bagaimana dengan impianku memiliki nursery? Minimal saat ini aku telah memulainya dengan bisnis tanaman hias. Ketika tren adenium dan aglonema merajai pasar bunga tanah air maka akupun turut andil meramaikannya.

~~~
Kini aku tak bermuluk-muluk dengan cita-cita. Meskipun aku selalu berfilosofi untuk "bercita-citalah setinggi langit- maka jatuhnya masih di atas pohon kelapa, dan jangan bercita-cita setinggi gunung, karena jatuhnya 'glundung-glundung'", Aku mulai realistis dengan kenyataanku hari ini.

Aku mulai berdamai dengan takdir.

~~~
apakah sebab gagalku? Apakah aku kurang sungguh-sungguh? Rasanya tidak, aku telah terlatih untuk menjalani semuanya dengn kesungguhan.

Apakah aku kurang do'a? rasanya tidak, tapi mungkin Allah mengganti jawaban do'aku dengan sesuatu yang terbaik menurutnya.

Kisah Seorang Pendo'a
Ketika kumohon pada Allah kekuatan, Allah memberiku kesulitan agar aku menjadi  kuat.
Ketika kumohon pada Allah kebijaksanaan, Allah memberiku masalah untuk kupecahkan.
Ketika kumohon pada Allah kesejahteraan, Allah memberiku akal untuk berfikir.
Ketika kumohon pada Allah keberanian, Allah memberiku kondisi bahaya untuk kuatasi.
Ketika komohon pada Allah sebuah cinta, Allah memberiku orang-orang bermasalah untuk kutolong.
Ketika komohon pada Allah bantuan, Allah memberiku kesempatan.
Aku tak pernah menerima apa yang kupinta,
tapi aku menerima segala yang kubutuhkan.
Do’a aku terjawab sudah

~
Hanya kuingat sebuah kisah tentang do'a, janganlah mendekte Allah denga do'a. Allah terlampau pandai untuk memberi yang terbaik bagi hidup kita.

Jangan jadikan do'a kita dan pengabulan Allah terhadap kita justru menjadikan fitnah untuk kita. Ketika kita berdo'a, mintalah yang terbaik menurut Allah untuk kita, bukan apa yang menurut kita baik. Sebab baik menurut Allah belum tentu baik menurut kita.

Jika karier yang bagus adalah sebuah yang ideal, ternyata banyak orang yang terkena fitnah dengan jabatannya.
Jika harta yang berlimpah adalah idaman, ternyata banyak orang berharta yang justru mendapat fitnah dengan hartanya.
Jika rumah yang megah adalah idaman, ternyata banyak yang tak menemukan kedamaian di dalamnya.
Jika pernikahan adalah sebuah impian, ternyata banyak yang harus jatuh bangun mengokohkannya.
Jika anak-anak yang lucu adalah kebahagiaan, ternyata banyak yang mendapatkan cobaan dengan kehadiran buah hatinya.
Jadi yakinlah keadaan hari ini adalah yang terbaik bagimu, bagaimanapun itu.
Sebab Allah hanya memberikan yang terbaik bagimu

~
Jelang usia 30, banyak yang belum tergapai. Hafalan Al Qur'an yang macet di tengah jalan,diri yang sering uring-uringan tak karuan, dan ah....banyak kekurangan dalam pencapaian. Tapi aku harus semangat melewatinya, bukankah juga ada beberapa pencapaian besar yang tak terprediksikan? Dan yakinlah itu adalah kiriman Tuhan, Allah Penggenggap Semesta Alam. Semoga aku lebih berhasil lagi ke depan.

dont be sad
just remember great things and do the best


Renungan jelang 30 tahun terlampaui
Ponggok 3 Januari 2010

Rabu, 18 April 2012

INGATLAH NAMAKU SELALU DALAM DO’AMU....

INGATLAH NAMAKU SELALU DALAM DO’AMU....
 
Jadikanlah dirimu bukan hanya terkenal di kalangan penduduk bumi....
Tapi juga bagi penduduk langit....
.
 
Sempat kaget ketika beberapa orang menambah id-ku pada YM-nya! Dan kebanyakan kaum laki-laki, setelah aku muncul di milis dengan id-baru beberapa bulan terakhir, id yang justru asli namaku bukan nama samaran. Melihat id-ku mereka mengira aku makhluk yang sama dengan mereka yaitu ”ber-merk” laki-laki dan mungkin mereka  mengira sangat tak mungkin aku  adalah seorang perempuan. Sapaan ’Akhi’, ’Mas’ dan ’Pak’ acap kali kubaca dalam chat kami.
Sedikit pikiran usil sempat menyelinap di hati... Biar saja deh... biar saja mereka mengenalku sebagai laki-laki, ini sebuah kesempatan....yah kesempatan untuk riset kalau mungkin tak boleh dianggap sebagai tindakan mengusili orang lain....kebetulan aku sedang menyelesaikan sebuah novel dengan tokoh utama seorang  laki-laki....dan aku beranggapan sebelum novelku finishing, proses risetku tak boleh dan tak pernah berhenti....he...he....
I’m really sorry...I think it may be a really good chance to learn something different.....
Sampai akhirnya sebuah sms dari seorang teman yang sempat ku-curhati mengingatkan supaya aku segera menunjukkan identitasku meski awalnya sempat mendukung ide usilku.”Tapi setelah kupikir-pikir segeralah tunjukkan identitas jangan  berpura-pura jadi laki-laki…Ntar kamu nanti malah dicap macem-macem, kan kasihan kamu…”
Sebenarnya ini bukan kasus pertama kalinya berkenaan dengan namaku, banyak kasusku dimasa kecil hingga perjalananku menuju dewasa berkenaan dengan hal ini. Mau tahu…simak ya….Tak kenal maka tak sayang, tak kenal maka ta’aruf dong…! He…he…!
Aku dilahirkan sebagai anak bungsu dari tiga bersaudara, tapi lambat laun baru aku tahu ternyata saudaraku tiga orang tapi yang satu kakakku yang no-3 telah meninggal sejak bayi, tepatnya dia hanya sempat menghirup udara di dunia ini hanya beberapa jam saja. Kedua orangtuaku sangat merasa kehilangan, sampai akhirnya ketika aku lahir aku disambut dengan suka cita, nama yang indah menurut mereka dihadiahkannya untukku. Bayi mungil yang cantik kata almarhumah ibundaku waktu bercerita padaku dimasa kecilku perihal diriku. Hingga rangkaian nama yang indah berdasarkan falsafah jawa terangkai dan menjadi pengingat. Gesang Sari Mawarni itulah namaku, mau tahu artinya? Gesang artinya hidup dan Sari adalah bunga, sedangkan Mawarni adalah mawar yang berwarna-warni. Nama Gesang dianugerahkan karena kedua orang tuaku bersyukur atas diijinkannya oleh Allah untuk merawatku tidak seperti kakakku sebelumnya, apalagi aku memiliki riwayat kelahiran yang sulit, telat dari jadwal lahir dan hampir dioperasi Caesar karena sulit lahir begitu menunjukkan tanda-tanda kelahiran. Nama Sari karena waktu bayi aku begitu molek, lucu dan menggemaskan, aku sempat melihat di fotoku waktu bayi memang begitu, sedangkan nama Mawarni berawal dari kesukaan ibundaku terhadap bunga mawar, dulu waktu beliau masih hidup beraneka warna dan jenis  mawar sempat terkoleksi di rumah kami.
Jadi nama Gesang bukan karena bapakku ngefans berat dengan Pak Gesang pencipta lagu Bengawan Solo….yang sangat terkenal di seluruh pelosok dunia…bahkan seorang teman di YM sempat bertanya”Mengapa pakai id gesang? Bukannya gesang sudah udzur(tua)?”
Aku awalnya sempat bingung mendengar pertanyaannya, baru akhirnya aku ’ngeh’, dia pasti mengira ini hanya id buatan, pasti dia tak mengira ini adalah nama asliku.
Seorang teman di YM juga berkata jujur dia tertarik dengan id-ku yang aneh menurutnya, “nama id yang bagus, gesang lalu ditambahi sari” katanya padahal dia bukan orang Jawa dan aku yakin dia tak banyak tahu tentang falsafah bahasa jawa.
Tapi tahukah kalian….apakah aku bangga dengan namaku.....
Kekecewaan sempat menjalari hatiku ketika aku mulai mempelajari Islam lebih lanjut, bukankah nama adalah do’a... Mengapa namaku bukan nama yang Islami? Sempat tergetir rasa iri di hati ketika seorang teman memperkenalkan diri namaku Khasanah. Balqis, Hanifah, Salwa, Salma, Inayah, Kusnul, Khotim, Nurul, Sumayyah, Aisyah, Salsabila, Nabila, Asma’, Nur, Nisa’ dan berjajar nama Islami lainnya yang sangat indah penuh do’a. Ketika aku memperkenalkan diri bukan kebanggaan kadang aku harus sedikit menahan gejolak di dada. Pasti begitu aku selesai memperkenalkan diri akan muncul koor yang berbunyi ”geeeeeer....ha....ha...”.atau minimal senyum simpul misalkan itu di sebuah forum yang formal.
Lambat laun aku berhasil menghibur diri bahwa namaku nama yang indah, untung bapakku tidak menganugerahi aku nama “jemblem” yaitu sejenis makanan yang terbuat dari ketela pohon yang diparut lalu diberi gula merah di dalamnya lantas di goreng. Pasalnya Mbok Jemblem adalah nama salah satu pedagang sayur tetangga nenekku.
Atau bukan pula ”Cikrak” yaitu tempat yang kita gunakan untuk mengangkut sampah setelah kita sapu. Dan Lek Cikrak adalah pedagang nasi pecel dekat rumahku, atau bukan pula ”Tomblok” yaitu tempat mengurung ayam yang suka berkeliaran. Pasalnya Mbokde Tomblok adalah nama tetangga nenekku seorang pedagang gerabah. Nama yang simpel dan sederhana yang dipakai oleh orang-orang sepuh jaman dahulu yang kadang hanya berupa nama yang diambil dari nama benda ternyata tidak diambil oleh bapakku. Beliau ternyata cukup bijak dan filosofis merangkai namaku.
Salah satu hal yang membuat aku tidak teranugerahi nama yang Islami adalah karena orang tuaku dulunya adalah penganut budaya Jawa yang kental. Salah seorang Ustadz yang membimbing keislamanku di masa kecil pernah berwasiat supaya aku memperkenalkan namaku dengan Sari saja, apalagi jika aku telah dewasa, namun karena nama Sari begitu pasaran-teman-temanku senantisa membubuhkan nama Gesang di depannya. Bahkan misalkan aku lama tak kontak temanku, lalu aku yang memulai telpon dan memperkenalkan nama Sari mereka perlu waktu untuk berfikir, tapi begitu aku memperkenalkan diri sebagai Gesang Sari mereka langsung merespon.
Aku suka menambah teman sejak kecil lewat korespondensi, temanku tersebar di beberapa daerah bahkan aku juga sangat senang berkorespondensi dengan teman-teman di luar negeri. Ada sebuah kisah unik tentang ini, masa-masa SMP kelas 3 aku mempunyai sahabat pena sebut saja namanya Putri, aku sedikit kecewa karena dia sudah tak pernah lagi membalas suratku. Nama dan alamatnya sudah aku hilangkan dari list orang yang akan kukirimi surat. Beberapa tahun berikutnya ketika aku tengah kuliah akhirnya tanpa sengaja dan kukira justru kami bisa bertemu muka, saat dia telah menikah dengan salah satu kakak dari temanku. Baru aku tahu pacarnya ternyata kakak temanku yang saat itu telah menjadi suaminya begitu cemburu dengan namaku yang terkesan laki-laki, dulu kabarnya seringkali dia menitipkan surat-surat untuk sahabat penanya untuk diposkan lewat pacarnya ini, kebetulan si Putri sangat hobi berkorespondensi juga sepertiku, dia menuliskan di amplop surat ’teruntuk Gesang S.M’, yang oleh pacarnya surat untukku tak pernah disampaikan karena cemburu. Bahkan pengakuan pacarnya yang saat bertemu muka denganku telah menjadi suaminya bahwa ada 3 pucuk surat untukku  telah dibuang di tong sampah  karena saking cemburunya.
Waktu masih mahasiswa di Unibraw Malang aku sempat aktif di beberapa organisasi, dan seperti biasa pihak kaderisasi di organisasi selalu ingin memunculkan nama baru, waktu itu  tiba-tiba aku ditunjuk untuk menjadi ketua sebuah acara karena beranggapan aku laki-laki, para senior di organisasi bahkan  tidak meminta kesanggupanku awalnya pada waktu  penunjukkan, hal ini di karenakan mereka mengira aku  laki-laki. Meski emansipasi telah digulirkan saat itu masih banyak obsesi bahwa kepemimpinan sebaiknya di tangan laki-laki
Pernah pula suatu kali aku harus mengantri di sebuah bank untuk sebuah keperluan, kebetulan di masa itu model mengantri dan pelayanan di bank belum memakai sistem nomor dan pangilan komputerisasi, seperti saat ini, aku pernah mengalami kasus tentang nama pula. Kebetulan bank sangat ramai siang itu, aku amat jenuh karena urutan antrianku di belakang, akhirnya setelah kuantrikan buku tabunganku, aku pulang dan balik kembali ke bank sesuai dengan prediksi waktu antrianku dipanggil. Begitu balik di bank aku menunggu di luar beberapa lama, aku belum juga dipanggil, beberapa saat sebelumnya sempat ada panggilan untuk ”Pak Gesang”, dalam hati aku berfikir begitu mendengarnya ternyata nama gesang pasaran juga ya...? J Namun sampai antrian hampir habis namaku belum dipanggil, bahkan orang yang antri dibelakangku urusannya juga telah selesai dan aku mulai curiga dan beranjak mendekati teller bank yang bertugas memanggil nasabah. Apa coba katanya...”Lho tadi sudah dipanggil kan...?”
”Belum mbak” jawabku
Akhirnya beberapa saat teller itu tersenyum, ”Oh..Gesang itu perempuan ya.? J
Sebenarnya salah satu hambatanku dalam mempublikasikan karya dalam bentuk buku adalah karena aku tidak percaya diri terhadap namaku. Bayangkan teman-temanku yang aktif di FLP Malang di tahun 2000, tahun disaat aku mulai bergabung dengan FLP, rata-rata telah menghasilkan minimal 1 buku, bahkan ada yang sudah 4. sedang aku hanya berkutat di media lokal, atau minimal tulisanku hanya muncul di buletin yang aku kelola. Bahkan mbak Sinta Yudisia penulis buku-buku best seller yang kukenal kabarnya baru mulai aktif mempublikasikan karyanya di era 2000 dan kini telah menghasilkan 40 buku. Bayangkan betapa tertinggalnya diriku. Meskipun semasa kuliah aku cukup aktif menulis karya tulis ilmiah tapi itu bukan tulisan yang populer.
Setelah sedemikian lama aku berkutat dengan diriku sendiri dan sejak aku pulang kampung, rasanya mimpi untuk menjadi penulis ikut tenggelam. Meskipun di salah satu dinding kamarku ada sebuah kalimat yang menohokku yang sengaja kutempel sejak aku pulang kampung untuk penyemangati, ”Hai....kamu kok ketinggalan kereta sih....! Get-Up!”  kalimat ini kudapat ketika aku merasa gagal dan tertinggal dari beberapa temanku yang telah menerbitkan buku, namun mimpi itu seakan ikut terkubur dengan rutinitasku yang jauh dari komunitas penulis. Sampai akhirnya di di tahun 2008, Allah seakan menuntunku untuk kembali dalam komunitas. Bersama beberapa teman yang concern terhadap budaya baca tulis di daerahku yang rendah, akhirnya kami mengajukan diri mendirikan cabang FLP di Blitar dan aku mendapat amanah untuk menjadi ketuanya. Ya Allah.... mau tak mau seorang pemimpin harus maju di depan. Bagaimanapun seorang pemimpin harus tampil.... tertatih aku berusaha bangkit aku mencari penguat di sana-sini, karena sungguh aku tak bisa berdiri sendiri. Beberapa calling dari beberapa teman lama di FLP yang kini karyanya telah terbit sedikit menyemangati ”Ayo kapan bukunya muncul....sekarang kan sudah punya komunitas lagi jadi harus lebih semangat...!”
”Aku percaya kamu bisa kok! Cuma tinggal tambah tancap gas...OK tak tunggu bukunya!”
Sungguh kata-kata teman-teman begitu menyemangati, tapi mereka tak tahu hambatan utamaku. Sampai akhirnya ketika aku sempat kontak dengan mbak Sinta dan aku bercerita bahwa aku sempat bimbang dengan  nama pena beliau menyemangati ”Nama Sari sudah bagus kok gak perlu pakai nama pena...percaya deh sama Mbak”
Gesang adalah tanda kehidupan, banyak teman-teman salah mengartikan namaku dengan subur, atau mungkin sengaja ’memplesetkan’ karena kebetulan tubuhku tidak kurus dan jauh dari istilah ’langsing’,  meskipun istilah ’gesang’ adalah lawan dari istilah ’gersang’.
 Gesang sampai kapanpun kata itu dalam bahasa Jawa artinya senantiasa hidup, bahkan ketika aku telah mati nanti,  semoga keindahan senantiasa bertambah pula menghiasi akhlaqnya, karena ketika aku mati yang tertinggal hanyalah nama.
 
Kawan...dengarkan aku....
Jika esok Aku bahagia ataupun berduka....
Tetaplah disampingku.....
 
Jika Esok aku bersalah....
Ingatkan dan maklumilah....
Karena aku hanyalah manusia yang penuh khilaf
 
Jika esok aku jatuh sakit....
Do’akanlahku.....
 
Dan jika esok kutelah tiada maafkan segala khilaf dan salahku....
Karena ku tak tahu kapan Tuhan akan memanggilku kembali.....
 
Sebelum itu terjadi....
Kuingin kamu tahu....
Bahwa aku bahagia memiliki kawan sepertimu.....
Yang selalu mengingat namaku dalam do’amu........
 
Gesang Sari Mawarni
Ponggok, ditengah derasnya hujan sore 1 April 2009
Thanks a lot to mbak Sinta about the beautiful advise

MENJADI DIRI KAMU YANG BARU



TO BE NEW ONE OF YOU 
(Termuat di Majalah Remaja Awalita Edisi Juli 2009)
By : Gesang Sari Mawarni

Kebanyakan dari  kita pasti pernah memiliki pendapat betapa menyenangkan menjadi orang penting. Tapi seorang yang cerdas sesungguhnya tengah berfikir, betapa pentingnya menjadi seorang yang menyenangkan.
            Hey Coy, Apakah kamu telah merasa menjadi orang yang menyenangkan? Selamat jika jawabanmu adalah ”Ya”. Tapi jika jawabanmu justru sebaliknya dan  kamu justru merasa menjadi orang yang menyebalkan, apakah lantas kamu harus tenggelam dan terpuruk ke dalam bumi? Tenang....! Dunia belum berakhir....! Masih ada kesempatan jika kau mau menjadi diri kamu yang baru? Maksudnya apaan, nih? Apakah kamu harus berubah seperti Clark Kent menjadi Superman? Sinichi Kudo menjadi Conan Edogawa atau Upik Abu menjadi Cinderella?
            Nggak gitu sih! Menjadi dirimu yang baru, artinya diri kamu jadi makin baik makin menyenangkan. OK! Ikuti langkah-langkah berikut ini:
   
   Ø  Melakukan Instropeksi Diri
                        Coy.... waktu kecil saya dikenal sebagai anak yang clingus, gampang menangis pun ketika saya melakukan sesuatu yang hasilnya saya kira tidak perfect, saya biasanya akan sangat bersedih hati, murung dan akhirnya pasti menangis. Pernah waktu SD habis perlombaan puisi di tingkat Kecamatan waktu lomba dalam rangka Agustusan habis diumumkan pemenangnya saya tersedu-sedu di depan juri karena saya tidak menang sebagai juara 1 dan hanya sebagai juara harapan, artinya saya tak berhak mengikuti lomba pada level diatasny, padahal saya sudah merasa berusaha keras. Walau akhirnya pada  tiap perlombaan  puisi berikutnya saya menang, hal itu memberi saya pelajaran dalam hidup kitapun pasti pernah mengalami kegagalan. So....mari luangkan  waktu untuk refleksi, lihat diri kita dengan jujur. Apakah kita dapat mengenali kelemahan dan kelebihan diri dengan baik? Ini penting, sebab orang yang tidak mengenali dirinya akan sulit memperbaiki diri.
Jendela 1
Hanya kita yang tahu
Jendela 3
Kita dan orang lain tahu
Jendela 2
Hanya orang lain yang tahu
Jendela 4
Tak seorangpun tahu
Jauhari Windows
Sebuah teori untuk mengenal diri kita dikenal dengan Jauhari Windows. Dalam teori ini setiap diri kita mempunyai 4 jendela. Jendela ke -1 hanya diri kita yang tahu dan orang lain tidak tahu, contoh : rahasia hidup, atau perasaanmu yang kadang iri sama teman ; jendela ke - 2 hanya orang lain yang tahu dan kita tidak tahu, contoh : sikap dan sifat kita yang tidak disukai orang lain tapi tidak kita sadari ; sedang jendela ke - 3 diketahui oleh kita maupun orang lain, contoh: biografi kita yang diketahui teman kita; sedang jendela ke - 4 tidak diketahui oleh kita maupun orang lain. Jendela ke-4 hanya diketahui oleh Allah pencipta dan pemelihara kita, contoh mengenai takdir kita, mengapa kita dilahirkan dengan kulit coklat bukan putih, mengapa kita hidup dan besar di Indonesia dsb.
                  Nah sekarang mulailah menggali jendela ke-2, tanyalah kepada orang-orang terdekatmu apakah kekurangan yang harus kamu perbaiki, kita dapat memancing cerita mereka dengan cara bersikap terbuka terlebih dahulu, keterbukaan akan membuat orang lain semakin memahami diri kita dan mau terbuka; meskipun hanya sebuah gelaran-sekalipun dalam candaan yang dilontarkan teman, saudara tentang kita, mungkin sekali waktu kita  menangkap istilah si comel, si bete, si judes ataupun si pemberang. Tampung saja dan jangan panik apalagi bereaksi salah yang malah membuat citra diri itu makin melekat pada diri kita.
                   Selanjutnya cobalah  melihat jendela ke-1 dengan jujur lihatlah kelebihan dan  kekurangan pribadi yang kamu sadari. Yakinlah coy...tak ada waktu terlambat untuk memperbaiki diri. Kita dapat melakukannya dengan mencatat setiap kejadian atau peristiwa yang membuat kita seperti orang bodoh, kampungan atau norak. Misalnya marah pada teman sampai mengeluarkan kata-kata kasar dan menyakitkan; membuat orang lain menangis, tersinggung atau merasa tidak nyaman ; berkomentar asbun(asal bunyi) atau menyepelekan orang lain.
Ø  Memotivasi Diri Dengan Berusaha Membuat  Citra Baru
                  Coy….teman-teman juga keluarga saya sering mengolok saya dengan sebutan cengeng, semakin beranjak besar saya akhirnya malu. Saya tanamkan di benak bahwa saya tak boleh lagi cengeng, dengan berusaha keras, juga berinteraksi dengan teman-teman yang baik, akhirnya saya tanamkan dalam diri bahwa saya tak boleh cengeng lagi dan akhirnya berhasil. So…dengan  data yang kamu temukan pada dirimu di atas, dapat kamu gunakan sebagai acuan untuk membuat citra diri kamu yang baru, mulailah dari hal yang kita anggap paling penting dan realistis. 
                    Misalnya mulai saat ini saya ingin membentuk citra diri sebagai si peramah atau si santun bukanlagi si BeTe yang suka bikin masalah. Segera canangkan niat dan tanamkan motivasi kuat untuk mengubah citra diri. Meski awalnya mungkin orang lain pasti belum percaya dengan perubahan diri kita, maka cobalah berrdamai dengan diri sendiri dan yakinlah bahwa kita masih memiliki kebaikan-kebaikan yang bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain. Ini seperti memasukkan ’makanan’ sehat ke dalam pikiran yang akan mensugesti diri mengeluarkan perilaku atau citra diri baru yang kita inginkan.
                  Sesungguhnya coy... untuk menjadi manusia baru ternyata harus ada langkah-langkah komprehensif yang menyeluruh yang meliputi seluruh aspek pada diri kita, yakni unsur ruh yang diwakili oleh hati, unsur fikriyah yang diwakili otak dan unsur jasad yang diwakili oleh tubuh, dan sumber motivasi yang tak akan kering adalah obsesi untuk menjadi hamba Allah yang mulia, karena dari setiap diri kita sadar dari mana kita berasal? Yaitu dari Allah. Untuk apa kita hidup? Untuk beribadah pada Allah . Dan akan kemana kita setelah mati? Kembali pada Allah setelah sebelumya kita dihisab atas segala perbuatan kita di dunia. 
Ø   Paksalah Diri untuk Tidak Malu Mengakui Kesalahan
                  Coy...motivasi saja tidak cukup jika tidak diikuti dengan langkah konkret. Paksakan diri kita untuk melakukan perbuatan yang menyenangkan. Misalnya memaksa diri kita tersenyum meski sebenarnya kita sedang kesal. Satu dua kali kita akan merasa seperti orang berwajah dua. Tapi setelah melihat dampaknya pada orang lain bahwa tetap tersenyum itu membuat orang lain senang dan bahagia- kita seperti mendapat kekuatan tambahan untuk mempertahankan perilaku baru tersebut.
                  Meski kita sedang berupaya keras kadang kala perilaku lama masih muncul. Jangan putus asa Coy..., mengubah diri memang bukan perkara mudah, seperti membalik telapak tangan. Allah SWT menyediakan sarana taubat dan minta ampun untuk manusia, karena kita memang tempatnya salah dan lalai. Mengakui kesalahan merupakan cara yang efektif, dengan mengakui kesalahan kita mencoba menundukkan ego diri sebelum bicara soal alasan mengapa saya salah.
                  Tapi Coy..., tetaplah waspada pada sikap ’skeptis’ dan ’merasa lemah’ yang dapat menyertai pengakuan kesalahan secara tidak proporsional. Yang kita inginkan adalah pengakuan kesalahan sebagai cambuk untuk berbuat lebih baik di waktu lain, bukan pengakuan yang berujung pada sikap pasrah dan  menyerah pada kelemahan diri.
Ø  Jangan Takut Gagal dan Terburu Vonis Diri
Sukses merupakan suatu perjalanan bukan tujuan. Coy.. .kesuksesan adalah suatu perjalanan yang menciptakan nilai tambah untuk diri kita sendiri dan masyarakat sekitar dalam rangka menuju kehidupan bahagia di alam setelah dunia.  Kapal yang berlabuh di pelabuhan memang  aman,   namun bukan itu tujuan dibuatnya kapal …
Dengan kata lain coy..., jangan pernah memvonis diri. Meski berulang kali terjebak pada kesalahan, teruslah kita berusaha, kita selalu memiliki kesempatan untuk sukses dalam mengubah diri menjadi pribadi yang menyenangkan. Success is built everyday. Tak layak kita mengabaikan kebaikan, meskipun sedikit, karena kita senantiasa berharap tiap kebaikan itu akan membawa kebaikan kita kelak di akhirat, karena tak satupun diantara kita yang tahu kapan kita tetap berkesaempatan hidup di dunia. Tidak ada istilah terlanjur basah untuk mengangkat diri dari kubangan. Selamat menjadi diri kamu yang baru ya....!
So....Jadikanlah dirimu bukan hanya menyenangkan di kalangan  para penduduk bumi.....!
Tapi juga bagi penduduk langit dengan senantiasa semakin dekat...dekat...dengan pemilik alam ini.!.

Akhir Maret 2009 yang panas.
Untuk diri yang senantiasa ingin menjadi lebih baik!
Gesang Sari Mawarni - Ketua Umum Forum Lingkar Pena Cabang Blitar periode 2008 / 2010

BERULANG

Sadarkah bahwa setiap episode hidup kita itu selalu berulang? Konteks berulang di sini adalah tentang ketahanan kita menghadapi ujian. Bukankah jika kita belum lulus dari sebuah jenjang, kita akan mendapatkan ujian yang sama hingga kita layak dikatakan naik tingkat. Itulah kita dan hidup.

Seperti juga roda kehidupan yang sedang saya dan anda alami, akan tetap memutar untuk mencapai tangga kelulusan kita. Berusaha bergerak dan berderak. Selamat menempuh ujian hidup.

Selasa, 17 April 2012

Bolehkah Aku Cemburu ???

Bolehkah Aku Cemburu ???


By : Gesang Sari Mawarni

Bolehkah aku cemburu?
Selain pada hartawan yang dermawan…
Dia senantiasa berbelanja harta di jalan Tuhannya Yang Maha Kaya

Bolehkah aku cemburu?
Selain pada ahli ibadah yang senatiasa istiqomah merajut cinta dengan Sang Pencipta
Tak silau dengan kilau dunia yang sennatiasa membuat galau

Bolehkah aku cemburu?
Selain pada mujahid dan mujahidah yang tak pernah lelah berjuang di jalan Allah
Berharap bisa membau harum surga dengan khusnul khotimah

Bolehkah aku cemburu?
Selain pada mukhlisin yang senantiasa ikhlas berbagi tanpa ditagih meski miliknya tak selalu lebih
Baginya memberi adalah menerima anugerah tak terkira

Sekali lagi aku ingin bertanya padamu
Bolehkah aku cemburu?
Jawablah sebelum semuanya… menjadi beku....!

Ponggok, 17 Ramadhan 1342 – 17 Agustus 2011
~Tentang sebuah tanya~

CERPEN ANAK : POHON TUA YANG MURAH SENYUM

 
POHON TUA YANG MURAH SENYUM 
(Termuat di Majalah Berdi edisi Februari 2012)
By : Gesang Sari Mawarni

Di sebuah desa di lereng Gunung Sukaria, tumbuh sebatang pohon usianya sudah ratusan tahun. Pohon itu kokoh berdiri dan kuat bertahan dari serangan angin, hujan juga badai. Pohon itu  bernama Pohon Tua. Akarnya yang menghujam ke dalam tanah, juga dahan-dahannya yang rimbun sangat disukai burung-burung yang hidup di daerah itu.
Jika siang datang dan matahari bersinar dengan teriknya, burung-burung itu singgah bertengger pada dahan Pohon Tua. Burung-burung berkicau dengan riangnya berlindung di balik kanopi-kanopi daun yang melindunginya. “Pohon Tua ijinkan kami untuk tinggal membuat rumah dan bersarang pada salah satu dahanmu.”
“Ow,ow! Silahkan burung-burung cantik, aku juga merasa beruntung jika kau mau tinggal. Aku senang dengan banyak kawan, jadi aku tak kesepian.”
Orang-orang di sekitar tempat itu pun sangat suka dengan Pohon Tua. Pada siang hari di musim kemarau para petani yang pulang dari ladang di tengah hari, meluangkan waktunya barang sejenak untuk beristirahat di bawah rimbun daunnya sambil menikmati makan siangnya.
Tak ketinggalan penggembala domba juga mampir bersama puluhan domba yang sedang ia gembalakan. Domba-domba sangat suka makan rumput yang tumbuh di dekat Pohon Tua, sedangkan sang penggembala beristirahat sambil meniup seruling. Lagu yang dimainkan sang penggembala berjudul ‘Dimanapun Hatiku Bersuka Ria’.
Pohon Tua sungguh senang mendengar suara seruling yang dimainkan oleh penggembala domba itu. Pohon Tua menggerakkan tubuhnya mengikuti irama musik yang dimainkan penggembala domba, sungguh hatinya begitu bersuka ria. “Tralala trilili…” Gerakan Pohon Tua itu menimbulkan hembusan angin lembut yang menyegarkan.
“Teman-teman ayo mampir ke sini, matahari terik sekali siang ini, di bawah pohon ini udaranya segar lho,” Kata beberapa burung berkicau, menceritakan pada kawan-kawannya tentang segarnya suasana di bawah Pohon Tua. Siang itu sinar mentari yang memancar ke bumi terasa teriknya. Beberapa burung lain merasa tertarik untuk ikut singgah di Pohon Tua. Pohon Tua begitu senang dan bahagia memiliki kawan yang banyak dan suka menyinggahinya.
Sebatang pohon yang bernama Pohon Muda tumbuh tak jauh dari Pohon Tua. Ia sangat heran pada hal ini. Di musim kemarau ketika sumber air banyak yang kering kerontang dan akar Pohon Muda sangat sulit mencari sumber air di dekat tubuhnya. Pohon Muda melihat di  seberang sana Pohon Tua tetap berbahagia dan ceria. Jika jengkel, Pohon Muda sering berduka namun sudah tidak mampu lagi mencucurkan air mata.
Pohon Muda juga sangat iri dengan banyaknya kawan-kawan  Pohon Tua yang bertandang meskipun kemarau tiba. Anehnya, Pohon Tua tetap menyambutnya dengan suka cita pada setiap tamu yang datang bertandang. Para tamu tak jua segera pulang seakan begitu kerasan. Sedangkan seekor Burung Pipit yang tadi siang sempat menghampiri Pohon Muda ternyata hanya sebentar mampir kemudian terbang karena kepanasan. Daun-daun Pohon Muda berguguran hingga merangas. Sungguh kemarau kali ini membuat Pohon Muda tambah berduka cita.
Musim penghujan lalu, dia sempat melihat Pohon Tua ternyata tidak takut dan khawatir. Saat petir dan halilintar sempat berkeliaran di desa mereka, dia melihat Pohon Tua tetap bahagia menumbuhkan daun-daun mudanya. Sedangkan Pohon Muda begitu ketakutan karena derasnya curah hujan yang sempat mematahkan dahan-dahannya. Pohon Muda dengan susah payah harus menumbuhkan kembali tunas-tunas daunnya. Sekali lagi, Pohon Muda amat keheranan dengan Pohon Tua.
Malam itu tiba-tiba Ulat Bulu bertamu ke desa mereka, membawa beberapa rombongan yang banyaknya tak terhingga, tanpa permisi, bahkan tanpa tata krama. Pohon-pohon di seluruh desa dihabisi daunnya tak bersisa. Pohon Muda menangis menyaksikan daun-daunnya yang tak terlalu banyak ternyata ikut dimakan oleh Ulat Bulu itu hingga tinggal tersisa dahannya.
Daun-daun di PohonTua itu juga mengalami nasib yang sama. Ulat-ulat bulu juga memakan daun-daun Pohon Tua tanpa tersisa. Tapi Pohon Tua justru menyanyi sambil tertawa. “Hai…hai…hai… aku sungguh bahagia, Ulat Bulu kawanku yang lama tak bertamu, kini datang beribu-ribu. Hai…hai…! Mari bersama menyanyi dan tabuh musikmu bertalu-talu”.
Pohon Muda merasa heran dengan nyanyian Pohon Tua di saat hati pohon Tua sedang berduka. Akhirnya ia bertanya “ Pohon Tua! mengapa kau justru berbahagia dengan kenyataan kita hari ini, bukankah daun kita habis dimakan Ulat Bulu tak bersisa, mengapa kau tidak berduka?”
“Untuk apa berduka? Berduka itu tak ada gunanya. Ulat bulu juga sahabat kita, mari kita sambut dengan suka cita. Percayalah tunas-tunas daun kita akan tumbuh lagi tak berapa lama, maka tak ada gunanya berduka.”
“Oh jadi itu rahasia kokohmu? Selalu ceria di segala suasana?” Kata Pohon Muda.
“Iya,” kata pohon Tua sambil tersenyum. Kini Pohon Muda bertekad akan mencontoh Pohon Tua untuk selalu ceria di segala suasana.