Welcome, Selamat Datang, Ahlan Wa Sahlan

Assalamu'alaikum Wr.Wb.
Terima kasih telah berkunjung ke blog saya, semoga bisa menambah relasi pertemanan dan mengikat tali silaturahmi. Blog ini berisi penuh cerita tentang dunia menulis, kuliner, crafting, islamic, pendidikan dan gardening. Sungguh senang jika anda berkenan meninggalkan jejak dan pesan di blog ini. Selamat membaca, semoga bermanfaat:D.

Kamis, 13 Oktober 2016

(Cerpen Anak) Seindah Bunga Matahari




Sita sedang sibuk menyirami tanamannya sore itu. Semilir angin yang sesekali menjatuhkan butir-butir air dari daun-daun maupun semak-semak tanaman yang dia sirami membuat suasana sore itu terasa segar.
Di antara rumah di Blok Cendrawasih, Perumahan Laguna Indah, rumahnya paling hijau dan asri. Berbagai tanaman dan bunga terawat sehingga tumbuh dengan baik.
Sebagai pecinta bunga keluarga Sita begitu gemar mengkoleksi tanaman baru. Baik bunda, ayah, Sita maupun Ardi sangat suka berburu tanaman baru baik beli dari pameran maupun barter dengan handai taulan.
***
Suatu hari Sita kedatangan teman satu sekolahnya yang bernama Nurul. Nurul adalah teman baru Sita, dia baru pindah dari kampung mengikuti ayahnya. Ibunya telah wafat setahun lalu.
Siang itu Nurul belajar berkelompok dengan Sita untuk mengerjakan tugas ketrampilan membuat kemonceng dari tali rafia.
Nurul bercerita jika sejak di kota dia susah jika harus bertanam. Minimnya lahan membuatnya kadang mati kutu untuk menaruh bibit tanamannya. Tanaman bunga juga lebih mahal dibanding di kampung. Namun semangat Nurul untuk bertanam tak padam. Beberapa tanaman tetap ia pelihara untuk hiburan dan pelipur lara.
Saat Nurul dan Sita tengah asyik mengerjakan prakarya, tiba-tiba Ardi kakak Sita datang. "Sita...tadi kakak dapat benih bunga matahari nih."
Dengan sigap bungkusan kecil itu diterima Sita dengan bergembira. Nurul melihat sambil bergumam "Dulu saat mamaku masih hidup, aku pernah menanam bunga matahari. "
Nurul memberanikan diri meminta pada Sita. "Sita, bolehkah aku minta beberapa butir biji bunga matahari itu. Aku ingin menanamnya... Sungguh susah mencari orang yang punya biji bunga itu di kota."
"Udah bagi aja tuh ama Nurul bijinya" kata kak Ardi tiba-tiba. Ternyata dia belum beranjak jauh pergi meninggalkan Sita dan Nurul. Tangannya masih asyik memegang koran pagi tadi di kamar tamu.
"Hmmm...hanya ada 7 biji kak!" Sungut Sita sedikit keberatan.
"Gak pa pa, bagi aja." Kata Kak Ardi meyakinkan.
Sita menurut, meskipun dengan berat hati, Dia berikan 3 biji bunga matahari pada teman barunya Nurul.
***
Biji bunga matahari milik Sita dan Nurul sama-sama ditanam sore itu. Seminggu kemudian sudah sama-sama tumbuh. Namun perkembangan tanaman Sita kurang bagus, tiba-tiba tanaman itu layu dan mati ke-4-4 nya. Ketika dicek oleh bunda, akar tanamannya busuk karena jamur. Media yang dipakai menanam harusnya diganti dulu dari dalam pot dengan media baru menurut mama Sita.
Sita sedih, dia merasa bersalah tidak mengganti media tanam di dalam pot, sebelum menanam.
***
Berbeda dengan tanaman Sita, tanaman Nurul tumbuh subur. Setelah sebulan lebih kuncup kecil mulai muncul.
Tiga biji pemberian Sita tumbuh sempurna. Tak lupa siang itu sepulang sekolah, dia potret bunga matahari di 3 pot berbeda itu dengan smartphone milik ayahnya yang kebetulan tertinggal di rumah. Lalu dia unggah di instagram dan facebook miliknya sambil mention ke akun Sita sambil mengucapkan terima kasih.
Sita sangat kaget melihat mention foto dari teman barunya itu. Sungguh dia iri dengan bunga yang ditanam Nurul bisa tumbuh subur. Namun jari lentiknya tetap memberikan klik love di akun instagram dan like di akun facebook Nurul.
Tak disangka foto itu mendapat love dan like dari banyak pemakai media sosial.
Di sekolah beberapa pekan, Nurul tak henti-hentinya bercerita tentang bunga matahari peliharaannya. Teman-temannya sekelas sangat antusias. Apalagi suatu ketika Nurul membagi kuaci bunga matahari yang menurut ceritanya adalah olahan dari ayahnya dari 3  tanaman bunga mataharinya.
Sita masih bersedih jika ingat tanamannya mati sedang milik Nurul hidup dengan subur.
Setelah teman sekelas pesta kuaci biji bunga matahari yang dibawa Nurul. Nurul mendekati Sita yang duduk di pojokan.
Tangannya meraih telapak tangan Sita sambil mengangsurkan bungkusan "Sita ini kubawakan benih bunga matahari. Cobalah menanam lagi, Insha Allah pasti bisa tumbuh kali ini."
Mata Sita berkaca-kaca, tak menyangka Nurul sebaik itu. "Sita, mengapa saat itu aku ingin sekali menanam bunga matahari, meskipun lahan untuk menanam di kontrakan ayahku di kota ini kecil lahannya? Karena aku rindu ibuku. Ibuku dulu gemar menanam bunga matahari dan ayahku begitu pandai membuat kuacinya.”
Mata Sita tambah berkaca-kaca hingga meneteslah air matanya... Dia peluk Nurul begitu rupa sambil berbisik, "Sesungguhnya yang kita miliki adalah apa yang kita berikan pada orang lain dengan ikhlas. Sungguh aku malu kini, jika saja aku tak berbagi biji itu denganmu dulu, tentu justru aku tak akan punya tanaman bunga matahari."
Sita memeriksa biji bunga matahari dari Nurul ada puluhan jumlahnya. Insha Allah akan tumbuh bunga matahari di rumahnya. Roman mukanya kini tersenyum seindah bunga matahari.
 

2 komentar:

  1. Belajar ikhlas ya bu. Hari ini aku juga belajar ikhlas dalam menulis. Ikhlas kemampuan menulisku tidak sebagus teman-teman. Sku tetap belajar nenulis dan membagi cerita pengalamanku.

    BalasHapus
  2. Semuanya perlu proses. Tetap semangat mbakku....Love you...! Semoga tiap untaian kata yg kita tulis bernilai ibadah. Aamiin...!

    BalasHapus