Kecipir mempunyai nilai historis pada diri saya. Bagaimana tidak, sewaktu saya masih balita saya pernah menanam dan memelihara hingga memanen buahnya. Kecipir tumbuh merambat di pagar luar rumah saya saat itu yang terbuat dari anyaman bambu. Dimanapun saya melihatnya tumbuh, kerinduang itu sungguh menyeruak. Di pasar tradisional di Jakarta, kecipir tidak mudah saya dapatkan, justru saya dengan mudahnya mendapatkannya di pasar swalayan dengan harga yang lumayan mahal euy...! Hingga saya selama beberapa tahun ini, hanya beberapa kali masak kecipir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar