Pemerintah melalui kementerian Kesehatan telah meluncurkan peta
jalan (roadmap) percepatan
pengembangan industri farmasi dan alat kesehatan. Roadmap ini diharapkan menjadi panduan untuk mengurangi
ketergantungan impor bahan baku obat-obatan, serta memenuhi kebutahan obat
masyarakat.
Salah satu upaya melepaskan ketergantungan impor bisa dilakukan dengan
mendorong pertumbuhan industri bahan baku biologi nasional. Obat biologi
merupakan bahan baku obat-obatan yang berasal dari pengembangan kultur sel atau
molekul biologi melalui proses purifikasi menggunakan rekayasa bioteknologi.
Pengembangan
bioteknologi ini merupakan upaya penyediaan bahan baku obat yang lebih murah di
dalam negeri. Selain dapat mengurangi ketergantungan impor sehingga menekan
harga obat, pendirian pabrik bahan baku obat biologi dapat menghasilkan devisa
negara karena dapat juga diekspor ke sejumlah negara.
Pemerintah
melalui Kementerian Kesehatan juga akan terus mendorong pengembangan
industri farmasi nasional. Langkah ini diberikan melalui fasilitasi, regulasi
yang mendukung, serta melalui koordinasi dengan seluruh pemangku kepentingan.
Selain itu pemerintah
juga berencana memberi insentif untuk investasi pada pembangunan fasilitas
bahan baku lokal farmasi. Termasuk keringanan pajak penghasilan, pengembalian
pajak, dan bentuk insentif lainnya.
“Adanya
payung hukum dan iklim investasi yang kondusif diharapkan dapat mendorong
pengembangan industri farmasi di Tanah Air. Ini merupakan bagian dari roadmap industri farmasi,” kata Dra. Maura
Linda Sitanggang, Apt., Ph.D., Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Kemenkes dalam Katadata Forum bertajuk “Terobosan
Baru Kurangi Ketergantungan Bahan Baku Obat Impor” di Jakarta, Kamis, 22
Februari 2018.
Salah satu perusahaan yang telah mengembangkan obat biologi adalah PT Kalbio Global Medika (KGM). Anak perusahaan PT Kalbe Farma Tbk ini telah
membangun pabrik bahan baku obat biologi sekaligus memproduksi obat biologi di
Cikarang, Jawa Barat. Di area seluas 11.000 m2 tersebut, KGM
memproduksi bahan baku obat biologi melalui dua jenis proses, yakni roller bottle dan bioreaktor. Pabrik KGM
direncanakan mulai berproduksi tahun ini.
“Saat ini produk obat biologi masih ditujukan untuk
mencukupi kebutuhan dalam negeri, lalu kemudian merambah ke pasar ASEAN,” kata Sie Djohan,
Direktur PT Kalbe Farma Tbk dalam
kesempatan yang sama.
Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) menyambut baik
langkah Kalbe Farma mengembangkan pabrik biosimilar di Tanah Air. Kepala BPOM
Ir Penny Kusumastuti Lukito, MCP mengatakan, BPOM akan memfasilitasi produksi
obat biologi ini, dengan tetap menjamin kualitas, keamanan, serta manfaat obat
biologi yang dihasilkan. “Kami melihat produk-produk berbasis bioteknologi ini
akan menjadi harapan dan tantangan Indonesia di masa depan,” kata dia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar